JogjaUpdate.com ~ Masyarakat Jawa dikenal dengan banyaknya ritual yang dilakukan dalam berbagai kesempatan. Seperti ketika menjelang bulan puasa, ada tradisi Ruwahan yang pasti menghadirkan makanan Ketan, Kolak dan Apem. Tradisi ini sendiri biasanya dilaksanakan bulan Ruwah dalam kalender Jawa, atau bulan Sya’ban dalam kalender Hijriah.
Biasanya tradisi Ruwahan ini diselengarakan 10 hari menjelang bulan puasa, yang ditandai dengan membuat sajian Ketan, Kolak dan Apem. Yang nantinya, sajian ini akan dibagikan ke saudara-saurda juga ke tetangga sekitar. Ada pula yang menyelenggarakan Ruwahan ini dengan acara kenduri.
Baca juga:
Kamu Harus Tahu, Ini Filosofi Kupat Menurut Masyarakat Jawa
Seputar Sekaten: Gamelan Kanjeng Kyai Gunturmadu
Sejarah Kerbau Bule Keraton Solo
Sejarah Nama Yogyakarta
#jogja @indradithya: Kolak apem ruwahan.. membagi ketan kolak Apem ke tetangga di bulan ruwah, selain sedekah makan dan menjaga ukuwah. juga perwujudan pemohonan ampun kepada Allah pic.twitter.com/HPZiTHW0Yz
— jogjaupdate.com (@JogjaUpdate) May 15, 2018
Dan sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya dikenal senang mengguankan simbol-simbol dalam tradisinya. Seperti juga dengan penggunaan sajian Ketan, Kolak dan Apem dalam tradisi Ruwahan ini, yang memiliki makna dan filosifi mendalam. Berikut ini makna dan filosofi Ketan, Kola, dan Apem yang dikutip dari berbagai sumber :
1. Ketan
Nama ketan sendiri dalam kepercayaan masyarakan Jawa mmeiliki banyak makna. Ketan bisa diartikan “kraketan” atau “ngraketke ikatan”, yang artinya merekatkan ikatan. Dimaknai sebagai simbol perekat tali persaudaraan antar sesama manusia. Hal ini juga ditandai dengan pembagian sajian kepada tetanga dan saudara untuk memperekat keakraban.
Nama Ketan juga dipercaya berasat dari kemutan dalam bahasa Jawa, yang artinya teringat. Hal ini sebagai simbil perenungan dan instropeksi diri atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Dengan kata lain, sebagai manusia harus selalu ingat atas dosa-dosanya dan merenungkannya.
Ada pula yang mempercayai nama ketan diambi dari bahasa Arab, Khatam yang artinya tamat. Hal ini menyimbolkan umat dari nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Ada pula yang mempercarai nama Ketan dari kata Khotam, juga dari bahasa Arab yang berarti kesalahan.
2. Kolak
Kolak adalah sajian makan manis yang terbuat dari ubi, pisang dan kolang-kaling yang direbus bersama kuah santan dan gula Jawa. Namun berbeda dengan kolak yang biasa di bulan Ramdhan, kolak Ruwahan biasanya kuahnya lebih kental bahkan hampir asat. Dan rasanya biasanya lebih manis legit dengan sedikit santan yang tersisa.
Nama kolah sendiri dipercayai berasal dari bahasa arab yaitu kata “Khalaqa”, yang artinya menciptakan. Atau juga dari kata “Khaliq” yang berarti Sang Pencipta. Dengan kata lain, Kolak ini merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kolak ini sebagai simbol harapan dari pembuatnya, agar selalu ingat kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa.
3. Apem
Apem adalah kue tradisional masyarakat Jawa yang terbuat dari tepung beras. Berbentuk bulat pipih sempurna, karena dimasaknya menggunakan cetakan khusus. Dalam memasak juga tidak sembarangan, membutuhkan kesabaran karena harus menggunakan bara api kecil untuk menghasilkan Apem yang matang sempurna sampai dalam.
Nama Apem sendiri dipercaya berasar dari bahasa Arab yaitu kata “Afwan”, yang artinya memohon ampunan. Atau berasal dari kata “Afuan”, yang artinya meminta maaf. Dengan ini, Apem dimaknai kalau kita diharapkan selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. Atau juga dimaknai sebagai pertobatan manusia yang memohon ampun.
Baca juga:
Asal Usul Nama Kampung di Jogja
Beda Daerah Beda Nama, Beragam Sebutan Minyak Tanah dalam Bahasa Jawa
Sejarah Soto, Dicintai Rakyat Jelata Tapi Dibenci Bangsawan
Malam Satu Suro Dalam Tradisi Jawa
Apem, pasar kangen jogja ~@masclink_: pic.twitter.com/YchBx2FOBW
— jogjaupdate.com (@JogjaUpdate) July 14, 2018
Ketan, Kolak dan Apem
Jika ditarik kesimpulan, Ketan, Kolak dan Apem dalam tradisi Ruwahan masyarakat Jawa ini memiliki makna yang dalam. Yaitu kita harus merekatkan tali persaudaraan dengan sesama manusia. Segabai manusia juga harus selalu ingat kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan kita juga harus memohon ampun kepada-Nya atas segala dosa dan kesalahan kita.
Kenapa Ruwahan ini dilaksanakan menjelang bulan Puasa? Ruwahan ini dilakukan dalam rangka menyambut datangnya Bulan Ramadhan dan mempersiapan diri untuk Puasa. Yaitu dengan cara instropeksi diri, refleksi diri sebagai manusia yang tidak luput akan dosa dan kesalahan. (080517/24)
Sumber:
https://dtinta.wordpress.com/2016/06/09/filosofi-ketan-kolak-dan-apem-dalam-tradisi-ruwahan/
http://food-oo.blogspot.co.id/2012/07/berkomunikasi-lewat-ketan-kolak-apem.html
http://sulistiya-pratama.blogspot.co.id/2012/03/filosofi-kolak-ketan-dan-apem_25.html