JogjaUpdate.com ~ Karena kesalahan Geo Tagging, sebuah foto di kampung pecinan Ketandan sempat disangka berlokasi di Shanghai, China. Tahukah kamu sebenarnya tempat apa ini?
Berbicara mengenai etnis Tionghoa di Jogja memang tida bisa lepas dari Kampung Ketandan. Ketandan merupakan nama kampung yang terletak di kecamatan Gondomana, Malioboro tepatnya di utara Pasar Beringharjo.
Hingga sekarang, Ketandan menjadi salah satu sentra perdagangan yang ada di Yogyakarta. Di samping sebagai sentra perdagangan, Ketandan menyimpan keunikan sejarah etnis Tionghoa yang ada di Yogyakarta.
Baca juga:
7 Wisata Malam Di Jogja Yang Selalu Ramai
9 Tempat Berburu Buku di Jogja
5 Tips Liburan Saat Musim Hujan
7 Soto Di Jogja Yang Lagi Hits (Part 2)
suatu hari di Ketandan
???? @rio_leonarduspic.twitter.com/qybiX043TQ
— jogjaupdate.com (@JogjaUpdate) February 24, 2024
Mengutip dari Visitingjogja.com, sejarah berdirinya Kampung Ketandan tidak lepas dari keberadaan Etnis Tionghoa sebagai salah satu penggerak perekonomian di Jogja.
Etnis Tionghoa di Kota Yogyakarta sendiri mulai diakui sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubowono VII, yaitu sekitar abad 19 Masehi dengan didirikannya kawasan masyarakat Tionghoa di Ketandan yang merupakan pusat permukiman pecinan pada zaman Belanda.
Want to explore Shanghai ? pic.twitter.com/0S5Eg49wkB
— jogjaupdate.com (@JogjaUpdate) June 13, 2019
Ketandan sendiri berasal dari kata Tondo yang merupakan ungkapan bagi pejabat penarik pajak atau Pejabat Tondo yang oleh Sultan diberi wewenang langsung kepada Etnis Cina.
Berawal dari hal tersebut, diketahui bahwa Etnis Cina memegang peranan penting dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan Yogyakarta.
Dari segi arsitektur, sebagian bangunan di kampung pecinan Ketandan saat ini telah banyak mengalami perubahan. Meski begitu sejumlah bangunan kuno dengan corak arsitektur perpaduan China, Eropa, dan Jawa juga masih dapat ditemukan.
Salah satu ciri rumah kuno warga Tionghoa adalah bentuk atap rumah yang melengkung. Berbeda dengan gaya atap rumah tradisional Jawa atau rumah modern yang runcing simetris.
Biasanya bangunan berbentuk memanjang ke belakang dengan bagian depan digunakan sebagai toko, sementara bagian belakang untuk tempat tinggal.
Baca juga:
7 Kuliner Tengah Malam di Jogja Yang Harus Dicoba
Bollard, Apa Itu?
Mau Ngintip Jogja Lewat CCTV? Gampang, Begini Caranya
Liburan Ke Jogja? Ini 7 Kuliner yang Harus Dicoba Selain Gudeg
ketemu di ketandan ya ….
???? @GuyonanJogjapic.twitter.com/W3cJmRo5u7
— jogjaupdate.com (@JogjaUpdate) February 24, 2024
Sampai sekarang, kawasan Ketandan masih banyak dihuni oleh kalangan Tionghoa. Umumnya mereka bermatapencaharian sebagai pedagang. Mayoritas usaha yang digeluti adalah menjual perhiasan khususnya emas dan permata.
Tetapi, jauh sebelum itu banyak warga Tionghoa yang membuka usaha toko kelontong, toko kebutuhan pook, dan toko jamu obat tradisional. Sampai menjelang tahun 1950-an, hampir 90 persen warganya beralih usaha ke toko emas.
Itulah sekilas mengenai kampung pecinan Ketandan yang sempat ramai dikira Shanghai. Pernah ke tempat ini? (180619/24)