Jebul Gudeg Ikut Mempengaruhi Inflasi di Jogja

JogjaUpdate.com (02/11/17), Inflasi biasanya dipicu oleh kenaikan harga berbagai bahan pokok yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dan masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi inflasi, yang kadang tidak biasa. Seperti Gudeg yang ternyata ikut mempengaruhi inflasi di Jogja.

Menurut yang diberitakan HarianJogja.com (01/11/17), kenaikan harga berbagai bahan pokok di bulan Oktober 2017 memicu inflasi di Jogja (Kota Yogyakarta) sebesar 0,16%. Dari beberapa bahan pokok, salah satu komoditas yang memberikan adil terhadap inflasi adalah beras.

Adapun laju inflasi kalender 2017 yakni Oktober terhadap Desember 2017 yakni sebesar 3,06%. Sedangkan laju inflasi Oktober 2017 dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya sebesar 3,75%. “Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks enam kelompok pengeluaran,” ujar Priyono.

Kelompok pengeluran ini antara lain kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sedangkan yang mengalami penurunan yakni kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan dengan penurunan 0,18%.

Selain beras, ada gudeg dan biaya perguruan tinggi yang ikut andil mempengaruhi inflasi di Jogja. “Ada beberapa komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi. Selain beras yang mengalami kenaikan hingga 4,82 persen, gudeg dan biaya perguruan tinggi juga turut memberikan andil,” ungkap Priyono.

Gudeg memberikan andil sebesar 0,02% dengan kenaikan mencapai 2,55%. Ditambahkan Priyono kenaikan harga cabai merah juga cukup tinggi yakni sebesar 18,39%, namun andil yang diberikan hanya 0,02%. Dengan kata lain sedikit kenaikan harga Gudeg memiliki pengaruh yang sama dengan lonjakan kenaikan cabai merah.

Selain itu, ada juga beberapa komoditas seperti sewa rumah, batu bata, genteng, kayu balokan, pisang, melon, rokok kretek filter, sepatu, batu pondasi, sepeda motor, salak ,brokoli, dan pemeliharan atau servis kendaraan. “Masing-masing komoditas tersebut memberikan andil hanya sebesar 0,01 persen,” imbuh Priyono.

Sementara komoditas yang menahan inflasi disumbang dari angkutan udara, bawang merah, dan telur ayam ras. Di mana penurunan harganya masing-masing 3,09%, 11,47% dan 5,75%. Turunnya harga bawang merah yang cukup tinggi memberikan andil penurunan sebesar 0,04%.

Selama Oktober, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,19%. Kenaikan indeksnya September 2017 dari 136,95 menjadi 137,21 pada Oktober 2017. “Dari 11 sub kelompok pengeluaran ada empat sub kelompok yang mengalami kenaikan. Antara lain sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, ikan yang diawetkan dan buah-buahan,” imbuh Priyono.

Agung Pratnyawan on FlickrAgung Pratnyawan on GoogleAgung Pratnyawan on InstagramAgung Pratnyawan on Twitter
Agung Pratnyawan
Content Writer
Freelance Content Writer and Web Developer

Agung Pratnyawan

Freelance Content Writer and Web Developer

You May Also Like