Sri Widiyanto, Profesor Kelas Dunia Yang Mampu Memprediksi Gempa Paling Akurat

youtube

Jogjaupdate.com (30/07/16), seorang ahli geologi, Sri Widiyantoro, adalah anak bangsa pertama yang membuktikan bahwa dorongan subduksi litosfer dibawah samudera mampu melampaui inti bumi. Pria kelahiran Karanganyar, Solo 5 Desember 1962 ini mampu memprediksi gempa-gempa besar yang berpotensi terjadi di Indonesia. 

Dilansir dari Goodnewsfromindonesia.com, Professor yang memiliki predikat sebagai Guru Besar pertama di bidang seismologi ITB ini telah mempublikasikan makalah ilmiahnya yang berjudul asli “The Evidence for Deep Mantle Circulation from Global Tomography” tersebut dirilis pada jurnal sains termasyhur, Nature pada tahun 1997.

Sri yang juga menjadi ketua Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Geofisika ITB ini menjelaskan berkat pemetaan tomografi yang dilakukannya, kini sains dapat mengetahui dimana pusat terjadinya gempat dengan lebih akurat. Teknik tomografi memungkinkan isi kerak dan lempeng, bahkan perut Bumi, bisa dilihat dengan tampilan tiga dimensi. Dalam kegempaan, hal ini sangat bermanfaat untuk melengkapi ilmu seismik.

Teknik pencitraan tomografi pada awalnya memang diterapkan di bidang kedokteran, yang digunakan untuk melihat anatomi tubuh manusia. Namun kemudian konsep ini diterapkan di berbgaia bidang mulai dari Computerized Tomographic (CT) Scanning hingga teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Ternyata, konsep serupa juga dapat diterapkan untuk memindai isi bumi kita dengan menggunakan data gelombang seismik yang dibangkitkan saat gempa bumi terjadi.

“Kedalamannya mencapai 3.000 kilometer. Ini adalah pemetaan di Amerika Tengah. Di bawah Pulau Jawa kedalaman penunjaman bisa mencapai 1.500 kilometer. Berkat tomografi, kita bisa tahu bahwa gempa bisa terjadi hingga kedalaman ini. Bukan hanya di batas 700 kilometer, seperti yang kita duga selama ini,” tutur peraih Habibie Awards tahun 2007 bidang Ilmu Dasar ini.

Hasil penelitian peraih Sarwono Award XIII dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2014 ini tentang geotomografi dan gempa telah banyak dijadikan rujukan ilmuwan-ilmuwan internasional. Sri pun tercatat sebagai peneliti ITB yang karyanya paling banyak dikutip.

Scopus mencatat jumlah indeks sitasi atas namanya per Agustus 2014 telah melebihi angka 2385 sitasi. Angka ini tertinggi yang bisa dicapai seorang dosen di tingkat ASEAN.

bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan ITB lainnya bekerja sama dengan LIPI tengah merancang sebuah perangkat mitigasi bencana gempa yang disebut Peta Percepatan Pergerakan Tanah atau Peta Zonasi Seismik yang berskala nasional.

Peta ini akan nantinya menjadi rujukan nasional bagi para ahli sipil dan arsitek ketika mendirikan bangunan. Sebab akan digunakan untuk mengurangi risiko akibat gempa dan akan dijadikan Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Bagaimanapun, gempa tidak bisa diketahui kapan terjadi, tidak bisa dicegah atau dihentikan. Yang bisa kita lakukan hanya mengantisipasinya,” tutur pengagum Albert Einstein ini.

dhwSeng on InstagramdhwSeng on Tumblr
dhwSeng
Adminnya JogjaUpdate

dhwSeng

Adminnya JogjaUpdate

You May Also Like