
Yogyakarta (06/11/15), Amri Yahya adalah figur inspiratif. Jauh sebelum batik menjadi populer seperti saat ini, pada akhir 1960 hingga 1970-an Amri Yahya telah banyak menelorkan lukisan batik dalam ukuran besar. Amri melakukan itu sebagai strategi positioning di jagad seni rupa sebagai pelukis batik kontemporer.
XT Square kembali menggelar program regulersarasehan budaya mengenang dedikasi dan menggali inspirasi tokoh bangsa. Program yang dilaksanakan hari Jum’at (06/11/15) di Warung Musik Kampayo XT Square Yogya kali ini mengangkat sosok perupa Amri Yahya.
Amri berhasil menancapkan tonggak sebagai seniman unggul yang produktif dan meraih kemapanan secara ekonomi. Tak heran jika kemudian gaya lukisannya ditiru banyak kalangan. Salah satu yang turut menaguk rejeki dari booming lukisan batik kala itu adalah kawasan Tamansari Yogya. Saat itu turis-turis asing bahkan sampai rela menunggui lukisan batik yang masih basah dalam proses dikerjakan hingga selesai mengering.
Kepopuleran batik turut diperjuangkan oleh Amri Yahya. Meski Amri terlahir di Sukaraja Ogan Ilir Palembang pada 29 September 1939 silam, namun ia ikut membesarkan nama Yogya sebagai sentra batik di tanah air. Tak berlebihan jika Amri Yahya mendapat predikat sebagai legenda pelukis batik dunia. Dedikasi dan karyanya layak dijadikan inspirasi generasi masa kini.
UNESCO bahkan mengukuhkan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia yang wajib dilestarikan. Sarasehan dihadiri Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Guru Besar UNY) dan Adwi Prasetya Y. Amri (Putra Amri Yahya). Turut menyemarakkan acara pementasan musik angklung dari Sanggar Pamong UST. Sarasehan dipandu Hazwan Iskandar Jaya.