Yogyakarta (11/10/16), Hampir 5 tahun terbengkalai dan tak kunjung selesai, akhirnya materi kreatif dari Nerv.ous bisa dirampungkan dan sekaligus merilis album penuh perdana yang juga berjudul Nerv.ous di bawah Yellow Records dalam format CD dan streaming digital, Senin (10/10) lalu.
Apa yang membuat band yang beranggotakan Argha Mahendra (drum), Desiree Aditya (vokal & gitar), Eka Jayani Ayuningtyas (bass & vokal), dan Marcello Whisnu Marhendra (gitar) bertahan sampai merilis album self-titled ini? Salah satunya, nilai personal. Nerv.ous menjadi catatan perjalanan band ini pasca merilis mini album tahun 2009. Di sini, mereka mempertemukan berbagai wajah musik alternatif yang mempengaruhi mereka — indie rock, “Seattle sound”, shoegazing, art punk, hingga riotgrrl — musik yang akrab bagi mereka yang tumbuh dengan kanal MTV di era 90-an dan 2000-an awal.
Dari segi tema, album ini masih bernuansa introspektif dan gelap, menjelajah relung pikiran manusia dalam berbagai fragmen cerita; mulai dari pembunuhan (“Love”), bunuh diri (“Lagu Angsa”), represi seksual (“Masturbating with My Guitar”), keinginan pergi dan mengubah identitas (“Away”), hingga berjoget di pertunjukan musik (“Kakiku dan Aku”).
Album ini berisi 11 track yang hampir separuhnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Sebagian lagu merupakan materi dari mini album One for a Brighter Future (2009) yang direkam ulang.
Dalam pengerjaan artwork, Nerv.ous berkolaborasi dengan seniman visual Farid Stevy Asta yang juga dikenal sebagai frontman band FSTVLST. Tipografi, salah satu ciri khas karya Farid, menjadi unsur dominan dalam desain artwork album ini.
Nerv.ous juga merilis video klip “Lagu Angsa”, single pertama dari album ini. Video ini disutradarai oleh Dimas Hendrajaya dan Satria Semaun dari Volo Creative House dan dapat dilihat melalui laman media sosial Nerv.ous.