Yogyakarta (27/11/15), Ajiyasa menjadi lebih semarak oleh alunan musik gitar Sisir Tanah pada gelaran Biennale Jogja XIII Equator #3. Tepatnya di ruang pamer utama Dodo Hartoko, Sisir Tanah mencoba menafsirkan beberapa potongan teks dari buku TAEK! yang berisi kumpulan status Puthut EA yang berangkat dari teks-teks status Facebook penulis/aktivis Puthut EA dari tahun 2014 – 2015.
Dodo merupakan seorang penyunting buku dan perupa yang lahir di Batang, Jawa Tengah dan tinggal serta berkarya di Yogyakarta. Merupakan salah satu seniman yang ikut berpartisipasi dalam perhelatan Biennale Jogja XIII. Buku ini sendiri adalah karya Dodo Hartoko dalam ‘Buku dan Teks Lain’.
“Sebenarnya setiap orang pasti punya tafsiran sendiri, bahkan yang datang disini juga pasti punya tafsiran atas karya saya”. ucap Dodo Hartoko saat membuka performing art sore itu. Jadi selain buku, lukisan itu yang mewakili status-status sarkasme yang membicarakan hal-hal kecil di sekitar rumah yang juga menyinggung kritik sosial dan politik. Dimana hal ini memacu munculnya perdebatan melalui fitur komentar.
Teks yang dipilih adalah yang menyuarakan ekspresi kegaduhan publik supaya bisa ditempatkan dalam konteks universal. Artinya, ada strategi dibalik proses bagaimana konflik dinegosiasikan dalam bentuk pemahaman yang luwes atau kompromis.
Selain dengan Phutut EA, Dodo Hartoko bekerjasama menyiapkan buku ini dengan Arwin Hidayat, Agan Harahap dan Mojok.co.
“Ini hanya tafsir, dan tafsir itu dipengaruhi oleh banyak faktor, dan salah satu faktor yang akan menentukan tafsir malam ini adalah persoalan waktu, karena dikerjakan secara singkat” ungkap Danto. “ Khusus malam ini, saya seperti membuat lagu dengan proses yang sangat instan” imbuhnya sembari mengawali membawakan tafsirnya dalam nyanyian.
Sisir Tanah yang digawangi oleh Bagus Dwi Danto tidak sendiri, ia ditemani oleh seorang kawannya Gipta, untuk menafsirkan teks itu. Tema teks yang dipilih pun beragam, mulai dari politik hingga hal-hal pribadi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.