Yogyakarta (03/09/15), Sejarah tokoh film lokal dan pengaruh positifnya ternyata bisa juga diangkat dalam sebuah film sejarah. Tokoh dagelan Mataram, Basiyo diangkat menjadi film dokudrama produksi Seksi film Dinas Kebudayaan DIY yang bekerjasama dengan Sanggit Citra Production.
Basiyo dipilih karena faktor kemaestroannya dalam dunia Dagelan Mataram. Seniman yang membawa ciri tersendiri dan telah mampu menginspirasi kelompok lawak generasi berikutnya seperti Srimulat, Alm. S. Bagyo, dan seniman lawak lainnya.
Salah satu kendala yang dihadapi pada saat proses produksi adalah minimnya data tentang Basiyo untuk dibuat karya audio visual. Proses produksi film dimulai sejak bulan Maret 2015. Mulai dari riset data melalui wawancara narasumber, antara lain Pak Anjarwani, Pak Harto Basiyo yakni anak Basiyo, dan Pak Widayat, serta tidak ketinggalan riset pustaka.
Penulisan naskah diserahkan kepada Joko Lisandono dan dilengkapi oleh Triyanto Hapsoro. Pemilihan pemain dan workshop pemain memakan waktu selama 2 minggu. Selain itu, pemilihan pemain untuk peran Basiyo tidak mudah karena keunikan karakter fisik dan gestur Basiyo dan beberapa tokoh lainnya.
Unsur vokal juga tidak kalah pentingnya, karena selama ini masyarakat lebih mengenal Basiyo dan Kawan-kawan melalui media audio.
Sugeng Surono terpilih memerankan tokoh Basiyo dan Titik Renggani sebagai Bu Pudjiyem. Latar belakang seni tradisi para pemain film ini membuat mereka paham betul dengan karakter film ini.
Pemilihan lokasi film inipun dibuat sedekat mungkin dengan realitanya. Antara lain jalan sebelah barat Kampus Universitas Widya Mataram, Studio Audio Visual Puskat dan sekitarnya.
Pengambilan gambar memakan waktu selama 5 hari dengan mengerahkan kru tak kurang dari 100 orang.
Salah satu adegan unik dalam film ini adalah merekonstruksi proses rekaman lakon ‘Maling Kontrang Kantring’. Selama ini masyarakat menilai lakon ini adalah masterpiece Basiyo, namun jarang ada yang tahu dinamika ‘dibalik layar’ yang sebenarnya pada saat itu.