JogjaUpdate.com ~ Penggunaan Generative Artificial Intelligence (Gen-AI) telah menjadi alat penting dalam membentuk persepsi pemilih pemula. Survei Center for Digital Society (CfDS) terhadap 400 pemilih pemula menunjukkan bahwa digital image lebih berpengaruh daripada sejarah politik, menggeser gagasan ke estetika dan perasaan.
Laju adopsi internet yang cepat membuka peluang sekaligus risiko, termasuk lebih dari 26 juta serangan phishing sepanjang 2024 menurut BSSN, yang menuntut literasi digital bagi semua kalangan, terutama kelompok rentan seperti lansia dan pemilih muda.
Kondisi ini menunjukkan bahwa menghadapi tantangan era digital, kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Diperlukan upaya bersama untuk membekali semua lapisan masyarakat. Utamanya kaum rentan seperti lansia dan pemilih pemula dengan kemampuan literasi digital dan pemikiran kritis.
Baca juga:
Co-Working Space Komplit Berstandar Internasional Harga Sejutaan Perbulan di HQ Barsa City
Jagad’e Raminten, Potret Perjalanan Hamzah Sulaiman
Paku Mas Hotel Kembali Gelar Donor Darah
Setelah Hampir 5 Tahun Vakum, Letto Kembali Luncurkan Lagu

Salah satu inisiasi penting sebagai wujud gerakan kolektif ini adalah program literasi digital Tular Nalar – Mafindo pada hari Kamis, 26 Juni 2025, program ini menggelar perayaan besar Tular Nalar Summit 2025, yang berlangsung di Auditorium STMM MMTC, Yogyakarta. Mengusung tema “Merayakan Semesta Kolaborasi,”
Acara dibuka secara resmi oleh Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar.
Digarisbawahi pula pentingnya keberlanjutan gerakan literasi digital untuk masyarakat, termasuk bagi kelompok rentan. Septiaji memperkenalkan “Mafindo Institute” pada publik, sebagai sebuah wadah untuk mengkompilasi edukasi literasi digital. Tentunya bisa terlaksana karena kolaborasi dengan banyak pihak. Dia juga menyoroti bahwa sekarang kita memasuki era Artificial Intelligence.
“Ibarat 2 sisi mata pedang. Dampak negatif penggunaan teknologi yang keliru serta dampak negatif tak terduga. Ini membuat ruang digital masih diwarnai dengan hoaks dan ujaran kebencian,” ucap Septiaji Eko Nugroho.

Abdul Mu’ti, Menteri Dikdasmen, menjadi salah satu pembicara kunci melalui siaran video. Ia menyoroti bahwa Tular Nalar Summit 2025 merupakan hasil kolaborasi yang dilakukan Mafindo bersama berbagai elemen masyarakat.
“Sebagai bagian dari upaya membangun kecerdasan dan kesalehan digital, forum ini sangat penting agar masyarakat memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi pengguna teknologi digital yang bijak,” ujar Abdul Mu’ti.
Menjadi pembicara terakhir dalam rangkaian pembukaan Tular Nalar Summit 2025, R.M. Agung Harimurti Purnomojati selaku Ketua STMM menyampaikan apresiasinya pada Tular Nalar – Mafindo, Love Frankie, dan Google.org atas komitmen dan dedikasi mencerdaskan bangsa, terutama di ranah digital.
“Mari kita jadikan momentum ini sebagai tonggak era baru literasi digital nasional yang lebih kritis, inklusif, dan berbudaya,” pungkas Agung Harimurti.
Baca juga:
Siswa SMK Kesehatan Binatama Yogyakarta Lulus 100%, 21 Diantaranya Akan Bekerja di Jepang
Puncak Acara JCWF 2024, Ratusan Pelajar SMA/SMK Jogja Ikuti Plogging, Olahraga Sambil Kumpulkan Sampah
Hari Ini, Sepatu Lari ASICS NOVABLAST 5 Dirilis di Plaza Ambarrukmo
Melestarikan Warisan Budaya Tak Benda, UNESCO dan ICHCAP Selenggarakan Kompetisi Sinematografi

Setelah sesi pembukaan, forum dilanjutkan dengan konferensi yang terbagi dalam tiga panel utama. Panel pertama, bertajuk “Menyelamatkan Masa Tua di Linimasa”, membahas risiko digital yang dihadapi oleh kelompok lansia. Risiko tersebut termasuk maraknya penipuan online dan eksklusi teknologi.
Panel kedua, “Timeline Political Disorientation for the First Time Voters”, mengupas dampak disinformasi politik terhadap pemilih pemula.
Panel ketiga mengangkat tema “Intergenerational AI: Education and Ethics”. Panel ini mengupas tantangan dan peluang pemanfaatan kecerdasan buatan secara etis dan lintas generasi.
Tular Nalar Summit 2025 juga diisi berbagai aktivitas berbasis komunitas dan para mitra yang menjadi ciri khas gerakan Tular Nalar. Di antaranya adalah Focus Group Discussion, pameran komunitas, dan kelas literasi digital inklusif “Ayo Bareng” untuk difabel tuli, penghayat kepercayaan, dan transpuan.

Pada sore hari, acara ditutup dengan stand-up comedy bertema hoaks, penampilan seni komunitas, dan panggung musik akustik yang disambut meriah oleh peserta. (260625/25)
kampungbet


