Aerofobia, Bukan Sekadar Takut Naik Pesawat Terbang

JogjaUpdate.com ~ Apa itu Aerofobia? Pasti yang diketahui dari Aerofobia adalah perasaan takut naik pesawat terbang. Apa cuma itu saja? Tentu tidak.

Dari asal katanya, Aerofobia berasal dari bahasa Yunani. Aero yang berarti udara atau gas, dengan phobos yang berarti takut.

Baca Juga: Jebul Makanan Pilot Dan Co-Pilot Itu Beda, Tidak Boleh Sama

Dapat diartikan Aerofobia adalah perasaan ketakutan berlebihan saat berada di udara ataupun takut terbang.

Tidak terbatas pada takut naik pesawat terbang saja. Namun juga termasuk transportasi udara lainnya, dari helikopter hingga balon udara.

Ketakutan ini barawal dari kecemasan, yang biasanya muncul ketika akan bepergian dengan pesawat, mendengar berita kecelakaan, hingga melihat kecelakaan pesawat.

Ilustrasi Takut / Pixabay
Ilustrasi Takut [sumber: Pixabay]
Bahkan untuk beberapa kasus, melihat transportasi udara saja sudah mengalami kecemasan.

Gejala kecemasan ini termasuk mual, muntah, tremor, palpitasi, hiperventilasi, serangan panik, berkeringat. Jika bertambah parah harus segera menapatkan penangan medis.

Untuk beberapa orang, Aerofobia ini berkaitan dengan fobia lainnya. Seperti claustrophobia (ketakutan terhadap ruang sempit dan tertutup) atau acrophobia (ketakutan terhadap ruang yang lapang dan terbuka).

Gejala Aerofobia

Ada beberapa gejala Aerofobia yang dapat dikenali. Antara lain gelisah, meningkatnya denyut jantung, mual, muntah, dan mengalami gangguna pencernaan seperti mulas.

Selain gejala fisik, juga muncul beberapa gejala psikis. Antara lain, takut mati, tidak bisa berpikir jernih, disorientasi, linglung, dan gugup.

Gejala-gejala ini bisa muncul ketika sampai di bandara. Awalnya merasa tegang, menunjukkan tanda-tanda stres saat menunggu keberangkatan.

Penyebab dan Kondisi yang Berkaitan dengan Aerofobia

Dilansir dari hellosehat, Aerofobia biasanya berhubungan dengan fobia lainnya. Ada yang fobia ketinggian, ruang angkasa, ruang hampa udara, dan masih banyak lainnya.

Selain fobia, kondisi vertigo, sinusitis, tinnitus, serta deep vein thrombosis (DVT) juga dapat mempengaruhi seseorang takut naik pesawat terbang.

Faktor lain yang memicu adalah trauma sebelumnya saat terbang. Seperti rasa mual, maupun turbulensi yang pernah dialami.

Cara Mengatasi Aerofobia

Langkah awal adalah diagnosis dokter, untuk memastikan benar mengalami Aerofobia atau tidak. Dari langkah ini akan dianjurkan langkah-langkah medis selanjutnya.

Selain itu, ada beberapa terapi psiklog yang dipercaya bisa mengurangi ketakutan atau gejala fisik yang sering muncul saat terbang.

Ada pula Exposure therapy untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan. Caranya membiasakan terbang naik pesawat sesering mungkin.

Baca Juga: Tips Mengatasi Ketakutan Naik Pesawat Terbang

Itulah tadi pembahasan mengenai Aerofobia yang bukan sekadar takut naik pesawat terbang saja. (30108)

Agung Pratnyawan on FlickrAgung Pratnyawan on GoogleAgung Pratnyawan on InstagramAgung Pratnyawan on Twitter
Agung Pratnyawan
Content Writer
Freelance Content Writer and Web Developer

Agung Pratnyawan

Freelance Content Writer and Web Developer

You May Also Like